Pura Gunung Kawi Sebatu terletak pada bagian selatan Wilayah Desa Adat Sebatu. Letak pura ini menjadi tapal batas antara Desa Adat Sebatu dengan Desa Adat Talepud (Pujung Kaja). Pada areal tanah ini terdapat 3 buah pura yaitu:
A. Pura Gunung Kawi, letaknya di tengah – tengah dan paling besar, dan disungsung oleh Krama Desa Adat Sebatu.
B. Pura Pemaksan Pasek Gelgel, letaknya pada bagian paling Timur, serta disungsung oleh Krama Pasek Gelgel yang ada di desa Adat Sebatu.
C. Pura Beji (Petirtan) milik wilayah Desa Adat Talepud.
Pura ini menghadap ke arah Selatan ke arah jalan raya, dan dibelakang pura terdapat tebing yang ditumbuhi hutan. Disamping sebagai tempat suci, struktur pura ditata sedemikian rupa sehingga sangat serasi dengan letak permandian umum yang ada di luar pura (Jaba Pura) ini. Hal inilah yang merupakan daya tarik bagi umatnya untuk melakukan persembahyangan.
a. Sejarah Pura
Sesungguhnya sangat sulit apabila kita membicarakan sejarah dan latar belakang berdirinya Pura Gunung Kawi, mengingat kurangnya sumber yang didapat.
Nama Gunung Kawi kemungkinan berasal dari kata Gunung + Kawi, Gunung = tempat yang tinggi / bukit ataupun tebing dan Kawi yang mungkin dari kata kakawian yang berarti sesuatu dibuat oleh para Pengawi, dalam hal ini adalah dasar pemujaan / Pura. Jadi Gunung Kawi berarti tempat suci yang dibuat pada bukit atau tebing, mengenai sejarah pendiriannya belum dapat dipastikan hingga saat ini, akan tetapi apabila kita kaitkan dengan Pura Tirta Empul di Tampaksiring, kelihatannya ada banyak persamaan terutama dalam hal struktur denah pura. Sebagai contoh adanya persamaan dapat dilihar dari :
- Taman suci yang dilengkapi dengan permandian umum bagi umatnya
- Seperti halnya pada Pura Tirta Empul terdapat pemujaan kepada Bhatara Wisnu dalam bentuk pelinggih Tapasana, maka di Pura Gunung Kawi terdapat juga pemujaan kepada Bhatara Wisnu dalam bentuk Padmasana menghadap ke Selatan.
- Dalam tradisi juga sama – sama mempunyai kaitan dengan ceritera Sang Mayadenawa.
Adanya beberapa persamaan dengan Pura Tirta Empul di Tampaksiring kemungkinan pula periode pendiriann tidak jauh berbeda dengan pendirian Tirta Empul.
b. Bangunan – Bangunan di Pura Gunung Kawi dan Pura Pemaksan Pasek Gelgel
Pura Gunung Kawi halamannya dibagi atas 3 bagian yaitu :
A. Halaman Luar (Jaba Pura) terdapat bangunan – bangunan seperti :
1. Wantilan
2. Perantenan
3. Pelinggih sebagai tempat Ngaskara Kajang pada saat melangsungkan upacara Pitra Yadnya
4. Permandian umum
5. Petirtan, Pelinggih Bhatara Dewi Gangga.
B. Halaman Jaba Tengah terdapat bangunan :
1. Padmasana
2. Umah Kulkul
3. Bale Patok
4. Bale Pingit
5. Bale Agung
6. Taman Suci, pelinggih Bhatara / Dewi Gangga.
C. Halaman Jeroan :
1. Paruman
2. Asagan tempat sesajen
3. Pengarip – arip
4. Tapas asagan tempat sesajen
5. Pengastulan dari karang keturunan I Jero Mangku Brata.
6. Gedong Pelinggih Bhatara Gunung Kawi
7. Pelinggih (Meru) Bhatara Gunung Agung
8. Meru Pelinggih Bhatara Gunung Lebah
9. Menjangan Seluang, Pelinggih Bhatara Maspahit
10. Padmasana tempat pemujaan Bhatara Wisnu
11. Pelinggih Pengastulan dari Karang keturunanI Bukti
12. Pengastulan dari Karang keturunan I Liguh.
D. Halaman Pura Pemaksan Pasek Gelgel
1. Pale Patemon
2. Bale Pawedan / Pemujaan
3. Bale Paselang
4. Bale Pingit Ratu Ngerurah
5. Gedong Kawitan
6. Pelinggih Manjangan Seluang / Ratu Maspahit
7. Gedong pesimpenan
8. Pelinggih Bhatara Gunung Agung
9. Padmasana
10. Pelinggih Bhatara Gunung Lebah
11. Pelinggih Gunung Sari
12. Gedong tarib
13. Pengastawan Tirta
14. Taksu
15. Pengarip – arip
16. Paruman
17. Bale Pesucian.
c. Upacara Piodalan di Pura Gunung Kawi dan Pura Pemaksan Pasek Gelgel
Upacara piodalan di Pura Gunung Kawi diselenggarakan sekali dalam satu tahun, yaitu pada tiap Purnamaning Sasih Kasa. Namun karena eratnya kaitan piodalan / wali antara Pura yang satu dengan pura yang lain di wilayah Desa Adat Sebatu, bahkan sudah terdaftar sesuai dengan urutannya masing – masing, maka penyelenggaraan piodalannya mungkin saja bisa bergeser, dimajukan atau diundur satu bulan agar sesuai dengan pelaksanaan pujawali / piodalan yang lain.
Pada saat berlangsungnya upacara piodalan, banyak umat Hindu dari lain Des yang datang bersembahyang di Pura Gunung Kawi. Pelaksanaan upacara dipimpin oleh pemangku dan sebagaimana biasanya sebelum persembahyangan dimulai, diadakan tari – tarian wali seperti Rejang, Pendet dan yang sejenisnya. Kemudian setelah upacara di Pura Gunung Kawi selesai dilanjutkan pada Pura Pemaksan Pasek Gelgel.
No comments :
Post a Comment