Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali.
DAFTAR ISI
BAB :
-LAMBANG DAN MOTO DESA ADAT SEBATU
-KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
1. Uraian Umum
2. Pura Dalem
10. Pura Ulun Carik
11. Pura Taulan
12. Pura Keluarga
III. UNSUR PAWONGAN
1. Penduduk
IV. UNSUR PALEMAHAN
V. KESIMPULAN
BAB :
-LAMBANG DAN MOTO DESA ADAT SEBATU
-KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
1. Uraian Umum
2. Pura Dalem
10. Pura Ulun Carik
11. Pura Taulan
12. Pura Keluarga
III. UNSUR PAWONGAN
1. Penduduk
IV. UNSUR PALEMAHAN
V. KESIMPULAN
LAMBANG DAN MOTTO DESA ADAT SEBATU
ARTI LAMBANG :
Arti Umum :
1. Segi lima melambangkan Pancasila, dasar Negara Republik Indonesia.
2. Rantai yang bentuknya berbeda namun sama – sama berbentuk rantai, melambangkan kesatuan dan persatuan Desa Adat Sebatu yang terdiri dari rantai warna merah yang berarti wanita (Khama Bang) dan rantai warna putih berarti pria (Khama Petak).
3. Padi dan kapas melambangkan kemakmuran.
4. Padmasana melambangkan bahwa Krama Desa Adat Sebatu masih taat memuja Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa.
Arti Khusus :
1. Trikona (segi tiga) pada pelinggih Padmasana melambangkan masyarakat Desa Adat Sebatu percaya dengan adanya Punarbawa (Utpeti, Stiti dan Pralina atau lahir, hidup dan mati).
2. Bunga teratai berdaun empat melambangkan gerak langkah masyarakat Desa Adat Sebatu berpedoman dengan empat unsur yaitu :
3. Tangga bertingkat tiga melambangkan Tri Warga yaitu : Dharma, Hartha dan Khama, dalam hal ini kami maksudkan keinginan untuk memperoleh Khama dan Hartha agar dilandasi dengan Dharma.
4. Kalimat “WIDYA KRIYA PRAJA KRTA” kami maksudkan : berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada (widya) dan bekerja keras (kriya), Desa Adat Sebatu (praja) menuju kebahagiaan lahir dan bathin (krta).
ARTI LAMBANG :
Arti Umum :
1. Segi lima melambangkan Pancasila, dasar Negara Republik Indonesia.
2. Rantai yang bentuknya berbeda namun sama – sama berbentuk rantai, melambangkan kesatuan dan persatuan Desa Adat Sebatu yang terdiri dari rantai warna merah yang berarti wanita (Khama Bang) dan rantai warna putih berarti pria (Khama Petak).
3. Padi dan kapas melambangkan kemakmuran.
4. Padmasana melambangkan bahwa Krama Desa Adat Sebatu masih taat memuja Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa.
Arti Khusus :
1. Trikona (segi tiga) pada pelinggih Padmasana melambangkan masyarakat Desa Adat Sebatu percaya dengan adanya Punarbawa (Utpeti, Stiti dan Pralina atau lahir, hidup dan mati).
2. Bunga teratai berdaun empat melambangkan gerak langkah masyarakat Desa Adat Sebatu berpedoman dengan empat unsur yaitu :
3. Tangga bertingkat tiga melambangkan Tri Warga yaitu : Dharma, Hartha dan Khama, dalam hal ini kami maksudkan keinginan untuk memperoleh Khama dan Hartha agar dilandasi dengan Dharma.
4. Kalimat “WIDYA KRIYA PRAJA KRTA” kami maksudkan : berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada (widya) dan bekerja keras (kriya), Desa Adat Sebatu (praja) menuju kebahagiaan lahir dan bathin (krta).
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Dengan diawali stawa “Om Awignam astu namo siddham” semoga tiada aral melintang dan memperoleh wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), kami mencoba untuk menyusun monografi ini dengan kemampuan yang sangat sederhana, semoga tidak mengurangi arti dan manfaat sehingga dengan penyajian yang sederhana ini dapat diketahui situasi dan kondisi desa kami.
Sesungguhnya kami telah menyadari bahwa kepercayaan yang dilimpahkan oleh Bapak Bupati kepala Daerah Tingkat II Gianyar kepada kami mengandung tanggung jawab yang berat, dalam upaya mewujudkan desa adat yang ajeg, langgeng dan lestari sesuai dengan tujuan dari lomba Desa Adat tersebut, yang pada akhirnya akan menjadi benteng yang kokoh bagi adat dan Agama Hindu di Bali, yang mampu menetralisir segala bentuk pengaruh negatif yang datang dari luar. Karena tujuan yang sangat mulia itulah yang mendorong kami untuk bersedia maju sebagai wakil dari Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, di dalam lomba Desa Adat se-Bali, yang dilaksanakan pada awal tahun 1986 ini. Harapan kami semoga dengan diselenggarakannya lomba Desa Adat ini, betul – betul akan memberikan rangsangan kepada Krama Desa Adat, sehingga Adat dan Agama Hindu di Bali betul – betul mampu membendung pengaruh – pengaruh negatif baik yang datangnya dari luar, maupun dari dalam.
Demikianlah maka monografi ini kami tulis dengan sangat sederhana, dengan maksud untuk memperkenalkan Desa Adat Sebatu dalam rangka menghadapi lomba Desa Adat tingkat Propinsi dan juga sebagai pegangan bagi masyarakat kami, khususnya generasi penerus untuk lebih mengenal desanya sendiri agar tetap dicintai dan dilestarikan. Disamping itu tiada lupa kami mohon maaf yang sedalam – dalamnya karena penyajian kami sangat sederhana baik ditinjau dari segi redaksi maupun bobot isinya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik sehat dan sekaligus petujuk – petunjuk dari semua pihak untuk sempurnanya monografi ini.
Om Santih, Santih, Santih Om.
Sebatu, Pebruari 1986
Bendesa Adat Sebatu
Dengan diawali stawa “Om Awignam astu namo siddham” semoga tiada aral melintang dan memperoleh wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), kami mencoba untuk menyusun monografi ini dengan kemampuan yang sangat sederhana, semoga tidak mengurangi arti dan manfaat sehingga dengan penyajian yang sederhana ini dapat diketahui situasi dan kondisi desa kami.
Sesungguhnya kami telah menyadari bahwa kepercayaan yang dilimpahkan oleh Bapak Bupati kepala Daerah Tingkat II Gianyar kepada kami mengandung tanggung jawab yang berat, dalam upaya mewujudkan desa adat yang ajeg, langgeng dan lestari sesuai dengan tujuan dari lomba Desa Adat tersebut, yang pada akhirnya akan menjadi benteng yang kokoh bagi adat dan Agama Hindu di Bali, yang mampu menetralisir segala bentuk pengaruh negatif yang datang dari luar. Karena tujuan yang sangat mulia itulah yang mendorong kami untuk bersedia maju sebagai wakil dari Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, di dalam lomba Desa Adat se-Bali, yang dilaksanakan pada awal tahun 1986 ini. Harapan kami semoga dengan diselenggarakannya lomba Desa Adat ini, betul – betul akan memberikan rangsangan kepada Krama Desa Adat, sehingga Adat dan Agama Hindu di Bali betul – betul mampu membendung pengaruh – pengaruh negatif baik yang datangnya dari luar, maupun dari dalam.
Demikianlah maka monografi ini kami tulis dengan sangat sederhana, dengan maksud untuk memperkenalkan Desa Adat Sebatu dalam rangka menghadapi lomba Desa Adat tingkat Propinsi dan juga sebagai pegangan bagi masyarakat kami, khususnya generasi penerus untuk lebih mengenal desanya sendiri agar tetap dicintai dan dilestarikan. Disamping itu tiada lupa kami mohon maaf yang sedalam – dalamnya karena penyajian kami sangat sederhana baik ditinjau dari segi redaksi maupun bobot isinya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik sehat dan sekaligus petujuk – petunjuk dari semua pihak untuk sempurnanya monografi ini.
Om Santih, Santih, Santih Om.
Sebatu, Pebruari 1986
Bendesa Adat Sebatu